diskusi aliansi pemuda singkawang tema hoax dan media sosial
Uncategorized

Diskusi Pemuda Singkawang, Membentengi Diri Dari Hoax

Sebuah forum perkumpulan anak muda di Singkawang yang bernama Aliansi Pemuda Singkawang mengadakan kegiatan diskusi dengan mengangkat tema yang sedang hits saat ini “Hoax dan Media Sosial”. Masing-masing komunitas hadir untuk mengikuti diskusi ini diantaranya komunitas Blogger Singkawang, IKBS, Komdas, Singkawang Jupiter Club, ASP, BEM STKIP Singkawang, Abang Desa, Himbastra dan muda mudi Singkawang lainnya. Warung Kopi Atek 46 dipilih menjadi lokasi diskusi.

Diskusi Pemuda Singkawang Tema Hoax dan Media Sosial

Kegiatan ini merupakan lanjutan dari diskusi Forum Muda Progresif (FMP) yaitu wadah Alumni FKIP Untan yang mengadakan sebuah diskusi dengan tema Hoax: Penyebaran, Tujuan, dan Dampaknya, diskusi melalui lewat pesan singkat WhatsApp yang dilakukan pada 18 Oktober yang lalu. Haries Pribady sebagai moderator dalam diskusi ini. Penggagas diskusi menghadirkan Sulaiman Sujono, seorang staf dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Beliau adalah aktivis alumni Fakultas Hukum UI.

Sekilas Tentang Hoax dan Media Sosial

Menurut Wikipedia

Pemberitaan palsu (bahasa Inggris: hoax) adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.[1] Hal ini tidak sama dengan rumor, ilmu semu, maupun April Mop

Media sosial adalah sebuah media daring, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Saat ini hoax memang sudah mewabah mengingat sangat mudahnya hoax itu disebarkan hanya cukup satu kali klik saja melalui sosial media. Tujuan diadakannya diskusi ini adalah untuk membentengi diri dengan pengetahuan bahaya hoax dikalangan pemuda di Singkawang. Panitia penyelenggara mengundang tiga orang pembicara. Acara dimulai dengan pembukaan dari moderator Haries Pribady, seorang dosen pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Singkawang juga gemar membahas isu-isu terkini.

Ulasan Materi dari Ketiga Pembicara Diskusi

Pembicara pertama Indra Dwi Prasetyo, anak muda Singkawang yang memiliki segudang prestasi yang saat ini sedang menyelesaikan masternya di Monash University, Australia. Berikut poin-poin penting dari pemaparan beliau.

Pembicara Pertama, Indra Dwi Prasetyo

Hoax zaman now, orang yang menyebarkan hoax itu tidak mau disebut penyebar gosip dia lebih senang disebut penyebar informasi. Hoax itu berpola seperti information epidemiology atau penyakit. Contohnya: saat kita terkena flu sekali saja kita bersin dan virus flu itu akan mudah tersebar dengan cepat. Sama halnya dengan berita hoax.

Hoax dapat diklasifikasikan menjadi tiga urutan dan dampak negatif yang ditimbulkan.

Hoax Minor (hoax paling kecil dampak tidak seberapa)
Hoax Menengah (dampaknya sedang)
Hoax Besar (dampak sangat besar)

Menurut hemat saya, salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari distribusi hoax adalah kegemaran masyarakat untuk bergosip.

Bisa dibilang asal mula penyebaran berita hoax itu dari kebiasaan masyarakat yang senang bergosip. Zaman now penyebaran informasi dilakukan oleh media sosial, micro blogging, sosial network service. Sebagai contoh Instagram, Twitter, Facebook, Blog, lewat pesan singkat seperti WhatsApp dan lain-lain.

Ciri ciri hoax :
to good to be true (terlalu bagus utk dipercaya)
to bad to be true (terlalu jelek utk dipercaya)

Kita lanjutkan ke pembicara kedua, yaitu Eka Juniawan Gusnardi, M.A., seorang konsultan kebudayaan yang telah menyelesaikan magister antropologi di Universitas Gadjah Mada. Yang juga sangat peduli dengan perkembangan pemuda Singkawang.

Berikut pemaparan beliau tentang Sosial Media :

Sosial media menjadi tolak ukur sebuah perkembangan zaman. Saat ini siapapun bisa menulis di media sosial sesuka hati tapi tetap harus bisa bertanggung jawab. Masyarakat tidak bisa lepas dari media sosial karena dari media sosial kita bisa memperoleh informasi yang kita inginkan. Sebagai penikmat kita harus jeli terhadap berita atau informasi yang didapat, termasuk memilah berita hoax agar tidak mudah untuk disebarluaskan.

Jadi, kita perlu ingat teman-teman apapun bisa ditulis di media sosial sebebas-bebasnya tapi tetap harus bertanggung jawab dengan apa yang kita tulis tersebut.

Kemudian pembicara ketiga, Ahmad Sofian, seorang pemerhati sosial yang berkarier sebagai ketua di Lembaga Pengkajian dan Studi Arus Informasi Regional. Pembahasan beliau aku rangkum sebagai berikut :

Beliau mengutip beberapa quotes atau statement seperti :

jika emas adalah senjata kita yg pertama, maka media adalah senjata kita berikutnya

Bang Sofian juga pernah melakukan riset warung kopi di Pontianak yang mana sebagai kesimpulannya warung kopi sebagai ruang publik juga sebagai wadah komunitas. Dari obrolan sederhana di warung kopi terciptalah knowledge (pengetahuan).

Ada tiga hal yang perlu dicatat dalam menghadapi berita hoax:
1. Warga dua dunia
Maksudnya adalah kita sebagai pribadi yang memiliki dua “identitas”. Sebagai contoh seseorang yang terlihat bijaksana di dunia nyata bisa saja dia adalah penyebar hoax di dunia maya. Itu yang dimaksud identitas ganda.

2. Perbedaan sudut pandang
Pernahkah teman-teman mendengar cerita tentang Zeus seperti ini: Hermes berjanji kepada Zeus untuk tidak berbohong, tapi Hermes tidak berjanji untuk berkata seluruhnya kepada Zeus.
Hermes (Dewa penyampai informasi)
Zeus (Raja para dewa dalam mitologi Yunani).
Perbedaan sudut pandang inilah yang sering kita temukan pada berita hoax. Karena sang penyampai berita tidak memberikan informasi seluruhnya kepada penerima berita alias sepotong-sepotong.

3. Reproduksi berita
Ketika berita hoax ini tersebar disinilah reproduksi berita terjadi. Sebagian orang memanfaatkan hal ini sebagai keuntungan, sebagian lagi menjadikannya sebuah kepuasan telah berhasil menyebarkan berita hoax.

Kesimpulan Diskusi Pemuda Singkawang

Setelah sesi materi dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab dari teman-teman komunitas yang hadir.

diskusi pemuda singkawang tema hoax

Oland, ketua forum Aliansi Pemuda Singkawang

Dari semua pertanyaan kemudian dirangkum menjadi sebuah kesimpulan :

Hoax itu diproduksi, disebarluaskan dengan pola-pola tertentu dan dengan adanya konsepsi yang sama. Hoax bisa dikategorikan ke dalam hoax kecil, menengah dan besar. Pada saat ini setiap orang berpotensi untuk menciptakan dan menyebarluaskan hoax karena pada saat sekarang medsos berkembang sangat pesat.

Sebagai anak muda yang bijak bersosial media kita harus membentengi diri terhadap hoax dengan pengetahuan-pengetahuan.

Cara mencegah tersebar luasnya hoax :
1. Kita harus memahami dulu sebuah informasi yang diterima, berita apa yang didapat.
2. Analisa atau cek kembali kebenaran berita yang diterima dengan cara browsing atau bertanya dengan orang-orang yang mengerti dibidang berita tersebut
3. Tahan dulu si jari jempol untuk meng-klik share pada media sosial, dan tidak bersikap simpati berlebihan terhadap informasi yang diperoleh.

Malam ini aku benar-benar dikenyangkan dengan pengetahuan tentang hoax. Kegiatan diskusi seperti ini akan terus dilaksanakan tentunya dengan tema yang berbeda-beda. Singkawang bebas hoax.

Seperti biasa kurang lengkap rasanya kalau tidak ada kenang-kenangan foto bersama ya hehe… Selesai acara kami mengambil posisi untuk foto bersama dengan pembicara dan teman-teman komunitas.

diskusi pemuda singkawang tema hoax dan media sosial

Foto bersama ketiga pembicara, pemilik Warkop Atek 46, dan perwakilan komunitas anak muda di Singkawang

Link terkait :
http://indraprasetyo.com/hoax-perkawinan-informasi-dan-gosip/

#bloggersingkawang
#aliansipemudasingkawang
#singkawangkite
#singkawangbebashoax

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Banner