Pengetahuan

Biofuel : Ramah Lingkungan atau Menimbulkan Kerusakan?

Perubahan iklim telah melanda dunia, ini diyakini oleh para ahli meteorologi dan geofisika. Aktivitas manusia diduga sebagai pemicunya. Anomali cuaca merupakan dampak perubahan iklim saat ini. Hujan dan panas yang tidak seimbang, kemarau panjang, kebakaran hutan, serta berbagai fenomena lain. Pada tahun 2020, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat 2.952 bencana di mana sebanyak 99% adalah bencana hidrometeorologi. Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh hal-hal yang berkaitan dengan meteorologi seperti angin, curah hujan, kelembapan, temperatur. Kini dunia tengah berupaya menekan emisi karbon untuk memerangi perubahan iklim melalui pengembangan bahan bakar nabati atau Biofuel. Apa itu Biofuel? Biofuel : Ramah Lingkungan atau Menimbulkan Kerusakan?.

Pada awal November lalu sebanyak 130 kepala negara dan pemerintahan dunia merundingkan penanganan krisis iklim dalam KTT Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia. Termasuk Presiden kita Joko Widodo.

Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan turun 82 persen pada 2020

ujar Presiden Senin, 1 November 2021, di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia.

Di sektor energi Indonesia juga memanfaatkan energi baru terbarukan, termasuk biofuel.

Apa itu Biofuel?

Bahan Bakar Nabati (Biofuel) adalah bahan bakar yang berasal dari bahan-bahan nabati dan/ atau dihasilkan dari bahan-bahan organik lain, yang ditataniagakan sebagai Bahan Bakar Lain. (Permen EDSM 25 Tahun 2013)

bahan bakar nabati

Beberapa hari yang lalu kembali Eco Blogger Squad mengikuti Online Gathering dengan tema yang sangat menarik yakni Mengenal Lebih Jauh tentang Biofuel.

Biofuel : Ramah Lingkungan atau Menimbulkan Kerusakan?

Kak Kukuh Sembodho dari Madani Berkelanjutan memaparkan fakta kebijakan bahan bakar nabati dan pembukaan lahan sebagai berikut :

Untuk memenuhi target 5% kontribusi bahan bakar nabati terhadap campuran bauran energi nasional pada tahun 2025, terdapat potensi kebutuhan tambahan lahan seluas 5,15 juta Ha lahan (Rahmadi, Arie., Aye, Lu., Moore, Graham.,2013). Diperlukan sekitar 338 ribu hektar (ha) lahan sawit baru untuk skenario B20 tahun 2025. Kebutuhan tersebut akan meningkat bagi B30 dan B50 menjadi 5,2 juta ha dan 9,2 juta ha di tahun yang sama (LPEM UI).

Dibutuhkan lahan sawit baru seluas 3,78 juta ha dengan skenario B100 pada tahun 2025 (Koaksi). Dengan skenario B30-B50 pada tahun 2024, terdapat kebutuhan lahan sawit baru seluas 20,4-22,8 juta ha (IESR).

Lalu, energi alternatif biofuel yang menggunakan CPO sebagai bahan bakunya apakah jadi menambah lahan sawit?

Ketua Harian Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan menjelaskan luas kebun sawit Indonesia tidak perlu ditambah untuk memproyeksikan implementasi biodiesel B40 sampai B50. Dia mengatakan pelaksanaan program B50 membutuhkan sekitar 16 juta kiloliter (kl) atau 13,92 juta ton sawit.

Kebun sawit mampu menghasilkan 3,25 ton per hektar/tahun rata-rata. Jadi, total kebutuhan lahan untuk program B50 kira-kira seluas 4,28 juta hektar. Sehingga, peralihan B30 ke B50 perlu tambahan biodiesel sekitar 5,39 juta ton dan butuh 1,66 juta hektar.

Total produksi kelapa sawit mencapai 51,58 juta ton sepanjang tahun 2020. Sebanyak 34 juta ton (66%) di antaranya diekspor ke berbagai negara dan 17,35 juta ton (34%) untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Dengan rincian ekspor sawit terdiri atas 21,1 juta ton berupa produk olahan dan makanan, 9 juta ton crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO), serta 3,88 oleokimia. Penggunaan domestik mencakup 8,43 juta ton berwujud produk olahan dan makanan, 7,23 juta ton untuk biodiesel, dan oleokimia 1,69 juta ton.

“Jadi, biodiesel hanya menggunakan sekitar 14% dari total produksi sawit Indonesia pada 2020. Kami memproyeksikan, kebutuhan sawit untuk biodiesel tahun ini kira-kira 15,2% dari total produksi sawit pada 2021,” jelasnya.

Memanfaatkan Minyak Jelantah Sebagai Biodiesel

Kamu suka makanan yang digoreng? atau suka masak dengan cara digoreng? ingat minyak bekas pakai jangan langsung dibuang ya. Minyak bekas goreng atau biasa kita sebut minyak jelantah ternyata bisa dimanfaatkan sebagai Biodiesel.

Kak Ricky dari Traction Energy Asia menyampaikan data konsumsi minyak goreng sawit dan minyak jelantah yang dihasilkan di Indonesia.

minyak jelantah untuk biodiesel

Akhir kata kak Kukuh menyampaikan apa yang harus dilakukan selanjutnya adalah :
– Diversifikasi feedstock, yang mana mencoba mencari peluang dari bahan baku lain selain kelapa sawit
– Peningkatan produktivitas feedstock
– Peningkatan ketelusuran feedstock

Referensi :
https://www.dw.com/id/perubahan-iklim/t-37747699
https://www.dw.com/id/pemimpin-dunia-mulai-rundingkan-penanganan-krisis-iklim/a-59684618
https://www.kominfo.go.id/content/detail/37875/presiden-sampaikan-komitmen-indonesia-dalam-penanganan-perubahan-iklim-di-cop26/0/berita
https://www.gatra.com/detail/news/528725/info-sawit/aprobi-bantah-b50-sebabkan-pembukaan-9-juta-hektar-lahan-sawit-baru
Materi Online Gathering

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Banner