mari mari cultural village
Uncategorized

Mari Mari Cultural Village, Wisata Budaya di Sabah

Cerita ini adalah lanjutan dari tulisanku sebelumnya yaitu tentang Taman Tunku Abdul Rahman aku dan rombongan Blogger Indonesia diajak menikmati wisata budaya suku etnis asli Sabah atau biasa disebut Sabahan di Mari Mari Cultural Village. Letaknya yang agak jauh dari Kota Kinabalu kurang lebih 45 menit waktu tempuh menggunakan bus. Suasana pedesaan yang asri dan damai sangat terasa di sini.

mari mari cultural village

Mari Mari Cultural Village

Mari Mari Cultural Village adalah sebuah tempat wisata budaya semacam museum yang menampilkan sejarah, budaya, tradisi, gaya hidup masyarakat etnis asli Sabahan dimasa lalu. Sore itu hujan turun rintik-rintik, tiba di lokasi kami disambut hangat dengan dipayungi oleh petugas dan local guide yang akan menemani kami berkeliling di Mari Mari Cultural Village. Namanya Carol, seorang local guide yang menjelaskan panjang lebar tentang ke-5 suku etnis yang ada di desa ini yaitu Suku kaum Dusun, Rungus, Lundayeh, Bajau (laut dan darat),  dan Murut. Setiap suku mempunyai keunikan masing-masing mulai dari rumah tinggal, tradisi, makanan khas, sampai membuat minuman sendiri.

Mari Mari Cultural Village, 5 Suku etnis asli Sabah

Suku Kaum Dusun

Rumah pertama yang kami kunjungi adalah rumah tinggal Suku Kaum Dusun terlihat sederhana dan tradisional sekali, sebagian besar rumah terbuat dari bambu. Di depan rumah terdapat tempat lumbung padi yang disebut Tangkob, konon katanya Tangkob ini memiliki kekuatan gaib yaitu apabila ada orang yang ingin mencuri padi tubuh pencuri itu akan kaku ditangga menuju Tangkob tersebut tidak bisa turun dan tidak bisa naik apalagi mau lari sampai tiba pagi hari penghuni rumah akan mendapati si pencuri dan memancung kepalanya.. serem ya.
Tidak hanya itu, tepat di sebelah Tangkob terdapat sebuah bangunan kecil untuk menyimpan kepala si pencuri yang telah menjadi tengkorak. Aku sampai tidak berani melihatnya.

Tangkob Ckrek By : King Salman

Kemudian kami masuk ke dalam rumah panjang Suku Kaum Dusun memiliki kamar-kamar untuk keluarga penghuni rumah. Satu keunikan yang menarik perhatianku adalah kamar untuk seorang anak gadis terletak di atas untuk menuju tempat tidur sang anak gadis menaiki tangga kemudian tangga itu diangkat kembali dan ditaruh di samping tempat tidurnya dengan maksud agar laki-laki tidak bisa naik ke kamar sang anak gadis.

Selanjutnya kami diajak untuk melihat bagaimana proses pembuatan minuman tradisional masyarakat Suku Kaum Dusun yang disebut Lihing atau arak tapai yaitu minuman yang terbuat dari beras dicampur ragi. Minuman ini dibuat ketika ada upacara adat atau acara pernikahan. Ohya, Lihing mengandung alkohol 15 persen.

Selain Lihing Suku Kaum Dusun juga menghasilkan rice wine dengan kadar alkohol 40 persen yang disebut Montoku.

Mari silakan dicoba Ckrek By : King Salman

Untuk menangkap ikan mereka menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan bubu. Pakaian adat wanita Suku Kaum Dusun yang juga unik, baju yang berlengan pendek menandakan bahwa wanita tersebut belum menikah.

Wanita Suku Kaum Dusun dengan pakaian adat

Jika tadi kami diajak melihat pembuatan minuman tradisional sekarang kami melihat bagaimana mereka memasak makanan tradisional menggunakan bambu kalau biasa aku tahunya itu lemang tapi kalau disini namanya Lanapak, bahan-bahan nya sederhana tapi rasanya istimewa asli enak banget!

Suku Kaum Rungus

Rumah adat kedua yaitu Suku Kaum Rungus. Di sini terdapat berbagai macam alat musik ada gong, ada juga yang ditiup dan seperti yang aku ceritakan ditulisan sebelumnya adalah bagaimana mereka menghasilkan api tanpa menggunakan korek api dan pertunjukkan pun dimulai. Kamu bisa melihat videonya di bawah ya 🙂

Mereka juga mengumpulkan madu dari lebah kelulut yang juga dengan proses yang unik yaitu mereka akan membuat lobang disebatang bambu yang kemudian diletakkan di dalam hutan selama satu minggu, setelah satu minggu maka madu akan terkumpul di bambu tersebut baru setelah itu bambu dibelah untuk diambil madunya. Aku sudah mencobanya rasanya agak asam plus campur manis sedikit.

Madu Kelulut, Suku Kaum Rungus

Pakaian adat wanita Suku Kaum Rungus juga berbeda dari Suku Kaum Dusun yaitu apabila wanita menggunakan baju berlengan panjang menandakan bahwa wanita itu belum menikah dan sebaliknya. Untuk membuat pakaian mereka sangat kreatif karena mereka membuat pakaian dan aksesorisnya sendiri.

Bahan bahan untuk membuat aksesoris dan baju Suku Kaum Rungus

Maafkan rain coat saya, itu endorse soalnya 😀 Btw, nama wanita cantik ini Ika. Ckrek By : Dyah

Suku Kaum Lundayeh

Rumah yang ketiga yaitu rumah Suku Kaum Lundayeh, hampir sama dengan rumah-rumah suku kaum lainnya, yang membedakan adalah di rumah Suku Kaum Lundayeh ini memiliki atap yang bisa dibuka dan ditutup. Perbedaannya juga terletak pada kamar anak gadis yang mana di Suku Kaum Dusun tadi tangga dipakai untuk naik disimpan oleh sang anak, kalau disini disimpan oleh sang ayah.

Kreatifitas Suku Kaum Lundayeh terlihat dari piawainya mereka membuat kerajinan dari kulit kayu seperti tali, rompi baju, dan lain lain.

Bersama Syah dan Eva, Ckrek By : Dyah

Suku Kaum Bajau

Rumah yang keempat yaitu rumah Suku Kaum Bajau. Rumah suku ini terlihat colourful didominasi oleh warna kuning merah dan hijau serta hiasan hiasan yang mempercantik dekorasi rumah.

Mereka juga mempunyai minuman dan makanan tradisional yaitu Pandan Juice dan Kue Jala. Aku sempat mencoba Pandan Juice rasa jahenya sangat terasa tidak heran kalau minuman ini dikatakan bisa untuk membuang angin. Ssttt… setelah minum Pandan Juice ada salah satu teman Blogger yang buang angin loh.. 😀 mujarab sekali minuman ini.

Pandan Juice Ckrek By : King Salman

Kue Jala Ckrek By : King Salman

Di tempat ini juga ada salah satu teman Blogger yang kesemsem sama Babang pembuat Pandan Juice sayangnya aku gak punya fotonya.. kabarnya sih dia sampai rela mau tinggal di Mari Mari hahaa 😀

Suku Kaum Murut

Rumah terakhir yang kami kunjungi adalah rumah Suku Kaum Murut rumahnya panjang dan luas tidak terlalu banyak perabotan tapi ditengah tengah nya terdapat semacam trampolin yang terbuat dari bambu. Trampolin tradisional ini biasanya dimainkan oleh Suku Kaum Murut ketika ada acara pernikahan namanya Langsaran, yaitu sebuah permainan tradisional caranya dengan melompat setinggi-tingginya hingga mencapai hadiah yang digantung di atas kurang lebih setinggi 3 meter. Beberapa teman Blogger mencoba melompat tapi tidak ada yang berhasil dan akhirnya kita melompat bersama-sama.. apalagi hahaa..

Ini adalah salah satu tradisi pada saat acara pernikahan di Sabah, Mari Mari Cultural Village yang mana bagi siapa saja yang bisa mengambil hadiah dari pengantin yang digantung di atas dengan cara melompat menggunakan trampolin tradisional yang terbuat dari bambu dialah pemenangnya. Jarak trampolin tradisional ke atas benda yang digantung kurang lebih 3 meter.. Ohya, kami juga sempat mencobanya loh.. Seru melompat menggunakan trampolin ini. Kamu pengen juga? Langsung aja ke @sabahtourism untuk cek paketnya ya. Jangan lupa terbangnya naik @airasia In frame : @duniaindra @dodon_jerry @andreqve @ero_spitzner @blogsteguh @darepontianak @ijoli @eviindrawanto @aseantypahlevi 📹 : @salmanbiroe #AirAsiaFamTrip2017 #BloggerGoesToSabah #AirAsia #VacayWithAirAsia #SabahTourism #Sabah #KotaKinabalu #marimariculturalvillage

A post shared by Multi Juniar Siahaan (@multisiahaan) on

Setelah berkeliling di kawasan Mari Mari Cultural Village kami kembali disuguhi penampilan apik berupa tari-tarian dan pertunjukan api. Salah satu tarian yang sering aku lihat di TV dan di video yutub adalah Bamboo Dance, penasaran kan bagaimana rasanya menari tapi di bawah ada bambu yang siap menjepit kaki kita kalau tidak fokus dengan ritme musiknya. Dan aku berhasil dong kakinya gak terjepit.

Pertunjukan yang aku lihat hari ini di Mari Mari Cultural Village benar-benar sarat budaya yang mengajarkan kita untuk selalu mengingat sejarah dan tradisi dimasa lalu. Bagaimana, kamu juga tertarik ingin mengunjungi Mari-Mari Cultural Village kunjungi saja websitenya Sabah Tourism Board ya. Yuk, mari mari… 🙂 (btw, nama Mari Mari itu diambil dari sebuah kata ajakan “mari mari” yang sering diucapkan local guide kami selama perjalanan mengelilingi desa ini so.. yuk mari mari 🙂

Foto bersama teman-teman Blogger di Mari Mari Cultural Village

Selamat berkunjung.
Salam muter-muter
Share dan like kalau kamu senang dengan tulisan ini.
#BloggerSingkawang

 

This Post Has 3 Comments

  1. Armin Reply

    Yuks mari-mari kita kesana

  2. Multi Siahaan Reply

    You should be there, Bro 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Banner